Profesionalisme adalah mengetahui kapan harus bersikap dan menempatkan sikap tersebut tepat pada sasarannya. Seperti mempercayakan tugas-tugas perusahaan pada karyawan tertentu, tetapi tetap mewaspadainya untuk menjaga uang perusahaan jika terjadi kecurangan-kecurangan dalam mengelola perusahaan seperti kecurangan dalam penjualan yang bisa dianggap paling rentan terjadi kecurangan.
Meskipun perusahaan bertumpu pada laporan keuangan yang sebenarnya kegunaan dari laporan keuangan adalah merekam semua kegiatan perusahaan. Dari mulai perusahaan mengalami kerugian bahkankeuntungan serta melihat perkembangan perusahaan. Selain hal tersebut pula bisa mendeteksi jika misalnya terjadi kecurangan dalam aktivitas operasional perusahaan. Selama data yang diolah dalam laporan keuangan adalah data yang benar tentu saja hal seperti kecurangan dapat dideteksi. Maka dari itu, laporan keuangan yang baik harus disertai bukti-bukti otentik misalnya berupa bon/bukti transaksi lainnya karena biasanya laporan keuangan biasanya berbentuk catatan dengan detail yang rapi dengan tabel-tabel dan tidak menujukkan detail kegiatannya. Ada pula kegiatan yang sebetulnya tidak dimaksudkan sebagai kecurangan, tetapi karena ketidaktahuan menjadi tanda tanya ketika hasilnya tersusun dalam laporan keuangan, hal tersebut bisa disebut sebagai penjualan bermasalah dan hal tersebut patut dicurigai dan ditemukan letak kesalahannya.
Perusahaan yang sudah cukup besar dan memiliki divisi penjualan sendiri biasanya memiliki target penjualan yang mesti dicapai oleh tenaga penjualnya, dan para tenaga penjual ini akan berusaha hingga target tercapai karena itu satu-satunya cara membawa uang lebih sebagai penghasilannya. Tercapainya target menjadi tujuan utama, naiknya omzet/penjualan juga akan tercatat pada laporan rugi laba. Volume penjualan yang baik membawa kegembiraan bagi seluruh perusahaan kecuali biasanya bagian keuangan, yang menunggu hasil penjualan tersebut karena perlu segera dicatatkan.
Beberapa praktik yang patut dicermati dan bisa merupakan sebuah kecurangan meskipun bisa juga merupakan bukan, apabila kita melihat volume penjualan meningkat tetapi pemasukan tetap atau bahkan menurun. Atau mungkin pengembalian piutang yang rendah bisa jadi merupakan tanda-tanda yang berpotensi adanya penjualan yang bermasalah. Karena menurut teori, jika penjualan meningkat maka otomatis akan membawa perubahan terhadap pendapatan yang harusnya meningkat juga.
Adapun kemungkinan yang patut Anda curigai adalah :
1. Ada penjualan yang konsinyasi yang langsung difakturkan. Artinya sudah dianggap penjualan dan oleh karenanya perlu ditagih. Penjualan konsinyasi mestinya dikelompokkan dalam akun tersendiri dan aakan difakturkan setelah terjadi penjualan. Dengan memfakturkan penjualan konsinyasi, berapapun yang dikonsinyasikan akan dicatat sebagai penjualan dalam laporan rugi-laba.
2. Ada penjualan kepada sesama tenaga penjual. Ini akibat dari kebijakan penjualan yang kurang tepat. Sehingga hanya catatan penjualan sajayang bertambah, tetapi pemasukan tidak mengalami hal yang sama, apalagi barang bisa dikembalikan.
3. Ada kesalahan dalam pencatan penjualan. Penjualan yang tercatat mestinya ada dalam penjualan yang sudah berfaktur. sudah bersurat tagih. Apakah posisinya penjualan kredit atau tunai tidak masalah, tetapi harus ada surat tagihnya. Karena pada dasarnya barang yang keluar tidak selalu sama dengan penjualan. Dan di area UKM, yang dianggap adanya kecurangan (yang sebetulnya bukan kecurangan) biasanya ada disini. Campur aduk antara barang keluar dan penjualan. Barang keluar bisa jadi penjualan, bisa jadi barang yang keluar menjadi barang untuk kebutuhan promosi dengan harga miring atau bisa jadi barang tersebut menjadi hadiah dengan nilai penjualan nol, bisa jadi barang konsinyasi yang fakturnya baru dibuat setelah terjadinya penjualan.
Apapun yang terjadi, yang dibutuhkan adalah pemilik perusahaan dan anggota perusahaan lain harus ikut andil dalam pengawasan dan disiplin dalam menjaga kas perusahaan menjadi lebih sehat.

Daftar gratis di Olymp Trade: