Salah satu pola pikir yang perlu dibangun jika anda berniat untuk melipat gandakan potensi keuangan anda adalah jeli memanfaatkan peluang. Peluang bisa datang dari mana saja bahkan dari kondisi ekonomi makro yang banyak dikeluhkan baik oleh kalangan pebisnis maupun masyarakat biasa yang terkena imbas kenaikan harganya.
Misalnya, belakangan ini nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) melemah. Pada saat tulisan ini disusun, nilai tukar rupiah bahkan mencapai Rp13,485.6 pada setiap dollarnya. Ini adalah salah satu titik terendah rupiah semenjak pemerintahan Jokowi yang baru berjalan kurang dari setahun ini. Sebagian besar dari anda barangkali akan berpikir sangat menguntungkan ketika berinvestasi dalam USD. Ini adalah peluang baik bagi kita.
Namun masalahnya adalah investasi jenis appa yang bisa kita lakukan dengan menggunakan USD?
Salah satu peluang yang perlu dilirik untuk berinvestasi ini adalah membeli reksa dana yang berbasis USD. Pemerintah melalui lembaga pengawas industri keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tleah mengeluarkan peraturan mengenai pedoman Kontrak Investasi Kolektif. Dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa mata uang yang diijinkan untuk digunakan dalam reksa dana adalah Rupiah, USD, dan Euro. Jadi memang sah apabila kita memanfaatkan reksa dana berbasis USD ini.
Lantas apa bedanya dengan jenis reksa dana berbasis Rupiah? Pendapat para pakar investasi mengatakan tidak adanya perbedaan berarti dari kedua jenis ini. Kami menulisnya memang dua jenis, karena menurut informasi yang beredar memang belum ada investasi reksa dana berbasis Euro. Pada prinsipnya, baik berbasis Rupiah ataupun USD, semuanya sama dalam praktiknya.
Dalam situs ini telah dituliskan beberapa jenis reksa dana seperti reksa dana saham, pasar uang, campuran, dan pendapatan tetap. Nah jadi memang ada dan diperbolehkan untuk memiliki reksa dana saham USD, reksa dana pasar uang USD, reksa dana campuran USD, dan reksa dana pendapatan tetap USD.
Menurut informasi yang ada jumlah reksa dana berbasis USD di Indonesia masih belum banyak, tapi grafik menunjukkan selalu ada peningkatan dari tahun ke tahun. Reksa dana berbasis USD biasanya memang dimiliki oleh investor dengan tujuan-tujuan tertentu, misalnya tujuan keuangan yang mensyaratkan mata uang USD, bisa jadi bisnis ataupun pendidikan. Atau bahkan sekadar melipat gandakan kekayaan dalam bentuk USD saja.
Meski demikian, reksa dana berbasis USD tetap saja mengandung perbedaan bila dibandingkan dengan reksa dana berbasis rupiah. Pada prinsipnya memang sama, karena sama-sama jenis reksa dana, tetapi ada beberapa hal yang perlu jadi pertimbangan kita sebelum berniat untuk berinvestasi pada reksa dana USD. Perbedaan tersebut antara lain:
.: Harga Reksa Dana
Untuk pembedaan pertama ini ada dua hal yang perlu dicermati. Perbedaan pertama adalah harga awal reksa dana. Biasanya reksa dana Rupiah dimulai dari Rp1.000, sedangkan reksa dana USD biasanya dimulai dari USD 1. Selisihnya cukup banyak, yakni sekitar Rp12.000 untuk harga awal, belum dikalikan dengan jumlah reksa dana yang harus diambil.
Perbedaan kedua terletak pada jumlah angka di belakang koma. Biasanya harga reksa dana Rupiah menggunakan 2 hingga 4 angka di belakang koma, sedangkan untuk reksa dana USD minimal menggunakan 4 angka di belakang koma. Dari pembeda yang kedua ini kita dapat melihat lebih jelas perbedaan harga reksa dana antara kedua jenis ini. Paling tidak butuh dana awal yang lebih besar jika kita ingin membeli reksa dana berbasis USD.
.: Biaya Transfer Dana
Baik reksa dana Rupiah maupun reksa dana USD, keduanya mensyaratkan transfer dari rekening tabungan atas nama nasabah sendiri. Sebenarnya cukup sederhana, tapi praktiknya tidak demikian lantaran masyarakat belum banyak mengenal tabungan USD. Tak hanya masyarakat, bank pun demikian, tidak semua dari mereka menyediakan fasilitas tabungan USD.
Belum ditambah dengan biaya transfer yang dibebankan kepada anda ketika dilakukan melalui dua bank yang berbeda. Berbeda dengan transfer mata uang Rupiah, biaya transfer USD lebih besar karena dibebani biaya full amount, biaya bank koresponden, biaya same day, dan biaya komisi bank pengirim. Beberapa komponen biaya itu jika ditotal tidaklah sedikit, bisa hingga puluhan atau ratusan USD tergantung nilai transaksi anda.
.: Risiko Nilai Tukar
Kita tentu tahu perbedaan kurs mata uang akan selalu naik turun tergantung kondisi perekonomian negara yang bersangkutan. Perbedaan nilai tukar inilah yang kemudian membawa risiko kurs ketika kita berinvestasi pada reksa dana USD.
Seorang pakar investasi mengatakan bahwa risiko kurs ini adalah pedang bermata dua, tergantung dari mana kondisi dan posisi kita. Ketika kurs USD mengalami peningkatan, kinerja reksa dana akan berkurang. Begitu juga sebaliknya, ketika kurs USD mengalami pelemahan, kinerja reksa dana akan bertambah baik karena mendapatkan keuntungan dari komponen yang ada.
Namun perlu diingat bahwa risiko ini hanya akan berlaku pada reksa dana saham dan campuran USD lantaran berkaitan erat dengan saham. Jenis reksa dana lain tidak akan terpengaruh lantaran penempatan istrumen berbasis USD langsung.
.: AsumsiReturn
Asumsi yang digunakan adalah demikian, apabila mata uang USD melemah, maka return reksa dana saham USD bisa lebih tinggi daripada reksa dana saham Rupiah. Begitu juga sebaliknya. Namun jika kita mengamati fluktuasi yang ada memang nilai tukar USD relatif mengalami peningkatan terus menerus. Jika memang demikian yang terjadi, maka bisa diprediksi bahwa return reksa dana saham USD dalam jangka panjang akan lebih rendah daripada return reksa dana saham Rupiah. Seorang pakar memprediksi selisih return reksa dana saham Rupiah dan USD bisa mencapai 4 hingga 7 persen.
Nah, dari perbedaan tersebut anda bisa menilai, apakah anda memang membutuhkan untuk melakukan investasi pada reksa dana berbasis USD atau tidak. Pada dasarnya ketika anda membutuhkan transaksi rutin menggunakan mata uang USD, investasi jenis ini menarik untuk anda simak. Namun jika tidak, pastikan anda punya tujuan investasi dan perhitungan yang baik untuk memulainya.

Daftar gratis di Olymp Trade: