Banyak cara dalam mendidik anak, mulai dari yang ketat sekali, disiplin atau bahkan tanpa disadari ada banyak orangtua yang cara mendidiknya dengan mengikuti semua kemauan anak sehingga mental si anak menjadi kurang tangguh. Dari berbagai cara dalam mendidik anak, ada satu cara yang menarik dan terbukti sukses dari satu generasi ke generasi lain. Ya, cara mendidik anak ala orang China.

images (2)

Anak Sukses

Orangtua di Negara Barat lebih fokus pada meningkatkan percaya diri si anak, maka jika anak mendapatkan nilai 80 atau 90 sudah mendapatkan pujian. Lain halnya dengan orangtua keturunan China, mereka hanya akan memuji kalau nilai yang diraih sih anak sempurna, yaitu 100. Nilai yang belum cukup baik tidak termasuk dalam kategori prestasi.

Dilihat contoh lainnya yaitu ketika pulang sekolah. Selesai pulang sekolah bukan berarti waktu belajar selesai. Sepulang sekolah, kegiatan belajar lainnya seperti les sudah menanti. Pilihan les juga tidak dapat ditentukan oleh sih anak, misalnya les musik. Pilihan les musik yang biasanya dipilih orangtua keturunan China yaitu les musik piano dan biola untuk anaknya. Waktu yang ditentukan pun tidak cukup hanya satu jam tapi minimal 2 jam setiap hari. Yang ada hanya mengedepankan pendapat orangtua.

Tentunya hal ini berbanding terbalik dengan cara mendidik orangtua di Barat yang mengedepankan diskusi dengan si anak. Disana mereka berusaha untuk menciptakan suasana hangat antara anak dengan orangtua seperti teman. Itu semua tidak berlaku bagi orangtua keturunan China. Anak harus mengikuti pendapat orangtua. Kenapa? Karena posisi orangtua sampai kapanpun selalu lebih tinggi dan mempunyai hak yang lebih dalam hal mengurus anak. Contohnya, jenis les alat musik apa yang harus diikuti si anak, bahkan kompetisi jenis apa yang boleh dengan yang tidak boleh diikuti anak.

Sama halnya dengan menghukum anak. Hal ini terdengar kejam karena memberikan anak hukuman berupa fisik dan mental. Namun menghukum anak menjadi wajar demi menciptakan sosok anak yang sukses di kemudian hari. Efek jera yang diciptakan tidak hanya secara fisik namun mental. Orangtua keturunan China tak segan membuat si anak takut agar tidak mengulanginya lagi dan menumbukan semangat juang untuk lebih baik lagi dari sebelumnya.

Pernah ada kisah fenomenal dalam mendidik anak, seorang ibu keturunan China membiarkan anaknya di luar rumah ketika musim dingin dan akan mengijinkannya masuk setelah ia berjanji akan latihan piano lebih keras lagi agar hasilnya lebih bagus. Belajar, belajar dan belajar itulah yang ditanamkan ke pikiran seorang anak. Tugas anak hanya satu yaitu belajar. Selama anak masih berstatus pelajar, mulai dari murid sampai menjadi mahasiswa, maka tugasnya hanya satu yaitu belajar. Jadi konsep ini bertolak belakang dengan didikan anak ala Barat. Di Barat, mereka selesai sekolah biasanya mengikuti ekstrakulikuler dan kerja paruh waktu. Berbeda dengan cara didik anak ala China, sepulang sekolah si anak masih harus melanjutkan kegiatan belajar melalui pelajaran tambahan di sekolah atau di rumah dengan memanggil guru privat. Orangtua tetap memantau dan mengecek nilai-nilai anak di sekolah. Jadi hanya karena sudah memanggil guru privat, bukan berarti orangtua lepas tangan dan menyerahkannya pada guru privat.

Ada orangtua keturunan China yang tidak setengah-setengah memasukkan anaknya ke asrama atau sekolah atlet sejak usia dini. Mereka percaya bahwa didikan yang keras sedari kecil akan memaksa si anak berkembang dan tahu solusi mengatasi kesulitan hidup. Misalkan sekolah atlet profesional. Meski mereka disekolahkan sejak usia 5 tahun, bukan berarti tidak ‘digembleng’. Tidak mengapa mereka harus berkeringat, bersusah payah bahkan menangis ketika latihan fisik demi bertujuan menciptakan semangat juang. Hasilnya, banyak atlet handal dari China di kompetisi dunia. Begitulah cara orangtua keturunan China yang sukses mendidik anaknya.

Daftar gratis di Olymp Trade: